Tapi kenyataan di lapangan, jauh dari angka-angka tersebut.
BACA JUGA:Mengenang Bachtiar Basri, Sosok Pejabat Ramah yang Suka Komunikasi Menggunakan Facebook
BACA JUGA:1 jam Jelang Ajal Menjemput, Om Bach Tetap Tunjukkan Wajah Ceria
Dalam praktiknya, pasien harus bersabar dengan fasilitas rusak, layanan lamban, dan sistem kerja yang tak terkoordinasi dengan baik.
"Hal ini memperkuat dugaan bahwa keberhasilan RSUDAM selama ini hanya tercermin di atas kertas, bukan di ruang-ruang perawatan tempat nyawa dipertaruhkan setiap hari," katanya.
Lebih memprihatinkan lagi, Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK RI tahun 2023 mengungkap bahwa 12 unit alkes RSUDAM senilai Rp7.007.650.000 tidak diketahui keberadaannya.
"Bukan hanya alat medis, BPK juga mencatat empat unit kendaraan dinas, di antaranya tiga mobil dan satu motor senilai lebih dari Rp571 juta, juga hilang entah ke mana," ucapnya.
BACA JUGA:Cari Tas Wanita Murah di Bandar Lampung? Ini Lokasi Thrifting yang Punya Promo Bundling
BACA JUGA:5 Tote Bag Wanita Harga 100 Ribuan, Ada yang Dilengkapi Kantong Anti Maling
Parahnya, sambung Benny, hingga akhir pemeriksaan, pihak RSUDAM tidak mampu memberikan penjelasan valid atas keberadaan kendaraan-kendaraan tersebut.
Bahkan, dalam satu kasus, nomor mesin dan rangka kendaraan tidak sesuai dengan dokumen resmi.
Memperkuat dugaan adanya manipulasi data atau penelantaran aset secara sistematis.
Benny Puspanegara menyebut temuan BPK ini bukan sekadar kelalaian administratif, melainkan bentuk pengkhianatan terhadap amanah publik.
“Alkes dibeli dari uang rakyat. Randis juga dibeli pakai uang rakyat. Kalau semua raib dan tak bisa dijelaskan, ini bukan sekadar lalai,” tegasnya.