Apindo Lampung Gelar FGD, Bahas Optimalisasi Peran Pelabuhan Panjang Dukung Sistem Logistik

Apindo Lampung Gelar FGD, Bahas Optimalisasi Peran Pelabuhan Panjang Dukung Sistem Logistik

Para narasumber (pembicara) dan tamu undangan FGD yang inisiasi oleh Apindo Lampung. FGD ini bertemakan Optimalisasi Peran Pelabuhan Panjang dalam dukung Sistem Logistik Perdagangan Nasional. Foto Anggi Rhaisa/Radar Lampung--

Gubernur Lampung melalui Asisten Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Lampung, Dr Mulyadi Irsan, menyampaikan, Pelabuhan Panjang merupakan pelabuhan nasional rasa internasional.

Dijelaskan, Provinsi Lampung ini ibarat bintang yang sinarnya mulai makin terang di Sumatera bagian Selatan. 

Data terakhir dari Badan Pusat Statistik menunjukkan, pada tahun 2023 ekonomi kita tumbuh 4,55 persen, meningkat dari 4,28 persen di tahun sebelumnya. 

"Dan alhamdulillah, awal tahun 2025 ini kita buka dengan manis pertumbuhan triwulan I sebesar 5,47 persen year-on-year,"jelas Mulyadi.

Dan yang menjadi bintang lapangannya adalah transportasi dan pergudangan, sambung Mulyadi. Pertumbuhannya sampai 16,66 persen. Ini bukan sekadar angka, ini sinyal kuat bahwa urat nadi logistik di Lampung sedang berdetak kencang.

Dalam konteks ini, Pelabuhan Panjang adalah aset strategis,sambung dia,  Letaknya strategis, infrastrukturnya terus berkembang, konektivitasnya mantap, apalagi dengan adanya Tol Trans Sumatera. 

"Pelabuhan Panjang bisa menjadi simpul logistik utama Sumatera bagian Selatan, bahkan menjadi buffer yang menahan beban Pelabuhan Tanjung Priok yang sudah mulai "sesak napas","jelas Mulyadi.

Di tengah kekuatan posisi geografis yang strategis, didukung jalan tol dan akses antarpulau, sambung Mulyadi, masih harus berhadapan dengan beberapa tantangan yang membuat geliat pelabuhan ini belum sepenuhnya optimal.

Pertama, kebijakan nasional yang membatasi aktivitas impor di Pelabuhan Panjang untuk sejumlah komoditas penting seperti buah segar, Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), elektronik, dan kosmetik. 

"Ini seperti sudah punya dapur besar tapi malah dilarang masak. Akibatnya, biaya logistik naik, distribusi terganggu, dan para pengusaha jadi harus memutar strategi dan kita tahu, logistik yang tidak efisien adalah musuh besar daya saing,"jelas Mulyadi.

Kedua, soal Rencana Induk Pelabuhan yang sampai akhir 2023 belum juga ketok palu. Padahal, inilah kompas yang bisa menuntun pembangunan pelabuhan ke depan. 

Tanpa itu, kita ibarat naik kapal tanpa peta bisa berlayar, tapi tidak tahu arah. Ini yang jadi salah satu kelemahan utama yang harus segera kita perbaiki bersama.

Lebih rinci, Mulyadi, juga menyampaikan, Lampung punya kekuatan geografis dan infrastruktur, tapi kita juga menghadapi tantangan regulasi dan kepastian arah pengembangan. 

Di satu sisi, peluang untuk menjadi regional hub terbuka lebar. Tapi di sisi lain, jika kita terlambat ambil keputusan, kita bisa kehilangan momentum dan tertinggal dari pelabuhan lain yang lebih dulu disiapkan secara matang.

"Karena itu, FGD ini sangat penting. Kita perlu merumuskan bersama langkah strategis yang bukan hanya realistis, tapi juga progresif,"jelas Mulyadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: